Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta berhasil menggagalkan praktik perjokian pada penerimaan mahasiswa baru (PMB) Fakultas Kedokteran (FK) gelombang tiga, Minggu (29/7/2018). Sebelumnya, pada gelombang pertama juga diketahui dua orang menjadi joki ujian.
Modus yang digunakan pada PMB FK gelombang tiga menggunakan rekayasa alat komunikasi visual dan suara. Barang bukti yang ditemukan di antaranya earpiece, aki, pemancar sinyal ke earpiece, gawai, jaket, tas, mini kamera, dan lain-lain.
Dr. Wahyu Widyaningsih, M.Si.,Apt. Kepala Biro Akademik dan Admisi (BAA) menjelaskan, sembilan orang tertangkap melakukan kecurangan dengan membawa alat-alat yang dilarang dibawa saat ujian.
“Kami memperketat penggeledahan untuk mengidentifikasi barang-barang yang tidak boleh dibawa saat ujian PMB UAD. Pada kasus yang kami temui, mereka menggunakan sejenis alat bantu pendengaran yang ditanam di telinga,” jelas Wahyu.
Penanaman alat ini cukup dalam, sehingga sulit untuk dideteksi. Pengambilannya juga harus menggunakan alat khusus, bahkan harus operasi. Ditengarai, ada peserta yang memotret soal dan mengirim kepada tim khusus yang menjawab soal dari luar. Kemudian jawaban dikirim via pesan suara.
Dari informasi yang dihimpun BAA UAD, rata-rata para calon mahasiswa membayar 10 juta rupiah untuk bisa memperoleh akses perjokian ini. Bahkan, ada satu orang yang mengaku harus membayar 150 juta jika sudah diterima.
Melengkapi keterangan Wahyu, Imam Azhari, S.Si.,M.Cs., Kepala Bidang Administrasi dan Evaluasi Akademik UAD mengungkapkan, jaringan perjokian di PMB FK UAD cukup rapi.
“Mereka bukan orang biasa, bisa dikatakan orang-orang ini adalah mafia perjokian. Sebab, alat-alat yang digunakan tergolong mudah ditemukan di pasaran. Permasalahannya, mereka dapat merangkai dan memanfaatkan alat tersebut untuk kepentingan tertentu,” tandas praktsisi IT UAD ini.
Imam mengaku timnya bekerja sama dengan Biro Sistem Informasi dan Komunikasi (Biskom) UAD sudah berusaha melacak para joki, tetapi tidak ditemukan.
Sementara Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum. menegaskan tidak akan ada ujian ulang PMB FK UAD. “Sekalipun fakultas baru, kami menunjukkan bahwa kami serius menyeleksi mahasiswa dengan ketat. Mahasiswa yang masuk UAD harus memiliki kualitas yang unggul,” jelasnya di kampus 1 UAD, Jln. Kapas 9, Semaki, Yogyakarta.
Ia menambahkan, UAD siap dan sigap mengantisipasi praktik perjokian. “Ke depan modus lain mungkin akan lebih banyak, tapi kami akan sigap mengantisipasi.”
Kasiyarno memastikan tidak ada orang dalam yang terlibat. Untuk calon mahasiswa yang ketahuan menggunakan jasa joki akan masuk di daftar hitam UAD.
Dalam kasus praktik perjokian ini, UAD pernah melaporkan ke kepolisian setempat. Namun, tidak bisa diproses lebih lanjut karena tidak ada payung hukum yang bisa menjerat perjokian ini. (ard)